Studi Kasus 1 : Branding Produk
Berasal dari kata pure, nama PURA terinspirasi dari kemurnian sumber produk.
Dimulai sebagai pelopor merek lokal untuk produk garam himalaya, PURA memperluas pilihan produk sehat mereka selama bertahun-tahun. Ide utama di balik PURA adalah menjadi merek yang bersih, premium, sehat, dan higienis. Awalnya, tidak ada arahan desain khusus, sehingga merek ini dibangun dari awal. Namun, tujuan utamanya adalah menyediakan produk dapur yang lebih baik untuk dikonsumsi di Indonesia. Target pasar yang mereka kejar adalah para ibu muda, karena mereka semakin sadar akan gaya hidup sehat. Mereka adalah puncak pendukung untuk kehidupan yang lebih baik, yang dimulai dari konsumsi.
Posisi pemasaran PURA mengacu pada kemampuan untuk mempengaruhi persepsi konsumen mengenai relevansi produk dengan pesaing.
Tidak ada merek bumbu lokal lain di Indonesia yang berfokus pada gaya hidup dan konsumsi sehat pada saat itu. Mayoritas merek garam di Indonesia lebih mengedepankan faktor ekonomis, karena sebagian besar merupakan produk garam dapur biasa. Salah satu kompetitor utama PURA bukanlah merek lokal, melainkan merek impor. Kesimpulannya, PURA ingin memperkenalkan sebuah merek yang sederhana dengan pesan yang kuat di baliknya.
"PURA adalah pelopor merek lokal garam himalaya di Indonesia, karena produk utama mereka yang pertama adalah garam himalaya. Branding yang terlihat premium, yang kontras dengan desain bumbu masak saat ini yang jarang sekali menggunakan branding, tentu membuat PURA lebih unik."
Berasal dari kata pure, nama PURA terinspirasi dari kemurnian sumber produk.
Dimulai sebagai pelopor merek lokal untuk produk garam himalaya, PURA memperluas pilihan produk sehat mereka selama bertahun-tahun. Ide utama di balik PURA adalah menjadi merek yang bersih, premium, sehat, dan higienis. Awalnya, tidak ada arahan desain khusus, sehingga merek ini dibangun dari awal. Namun, tujuan utamanya adalah menyediakan produk dapur yang lebih baik untuk dikonsumsi di Indonesia. Target pasar yang mereka kejar adalah para ibu muda, karena mereka semakin sadar akan gaya hidup sehat. Mereka adalah puncak pendukung untuk kehidupan yang lebih baik, yang dimulai dari konsumsi.
Posisi pemasaran PURA mengacu pada kemampuan untuk mempengaruhi persepsi konsumen mengenai relevansi produk dengan pesaing.
Tidak ada merek bumbu lokal lain di Indonesia yang berfokus pada gaya hidup dan konsumsi sehat pada saat itu. Mayoritas merek garam di Indonesia lebih mengedepankan faktor ekonomis, karena sebagian besar merupakan produk garam dapur biasa. Salah satu kompetitor utama PURA bukanlah merek lokal, melainkan merek impor. Kesimpulannya, PURA ingin memperkenalkan sebuah merek yang sederhana dengan pesan yang kuat di baliknya.
"PURA adalah pelopor merek lokal garam himalaya di Indonesia, karena produk utama mereka yang pertama adalah garam himalaya. Branding yang terlihat premium, yang kontras dengan desain bumbu masak saat ini yang jarang sekali menggunakan branding, tentu membuat PURA lebih unik."
Dari fokus utama tersebut, ada juga misi untuk mematahkan stigma bahwa garam, bumbu, dan bahan dapur lainnya adalah sesuatu yang biasa, umum, dan membosankan. Ketika calon konsumen berhenti dan menatap PURA, mereka dapat melihat sesuatu yang baru dan segar, dengan desain yang memikat sekaligus mendapatkan kepercayaan pada pandangan pertama. Produk harus mudah dikenali dan juga menonjol di rak pajangan. Di sisi lain, desainnya harus terlihat premium seperti merek impor, tanpa terlihat terlalu mahal dan tidak terjangkau. Hal ini mengarah pada satu tantangan: bagaimana desainnya akan berhasil? Pesan utama PURA adalah gaya hidup sehat berkualitas tinggi. Ini bukan garam dapur biasa, melainkan sebuah kebiasaan yang sehat.
Tapi, bagaimana ?
Apa yang orang pikirkan tentang garam himalaya? Sebagian besar dari mereka mengatakan tiga kata ini: premium, sehat, dan merah muda. Dan dengan itu, sebuah kanvas kosong siap untuk dilukis. Ketiga kata tersebut digabungkan untuk menyusun strategi kami dalam mengkurasi merek terbaik yang mencerminkan nilai-nilai inti PURA.
Bagaimana cara terlihat premium tanpa terlihat mahal?
Jawaban singkatnya? Warna biru yang ambigu (sejuk tetapi juga ramah dan mudah didekati) dengan sedikit kehangatan.
Warna biru yang kita pilih akan memiliki efek yang berbeda tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Untuk branding, warna biru menonjolkan elemen bersih, premium, dan dapat dipercaya dari merek, tetapi pada saat yang sama dapat digunakan dalam elemen yang menyenangkan dan mudah didekati ketika digunakan dalam kemasan dan media sosial. Sementara kemasannya memiliki lebih banyak petunjuk warna yang lebih dingin (dominan biru) di seluruh lini produk, gambar dan elemen grafis tertentu menghilangkan kesan dingin. Media sosial terlihat lebih hangat dan sesuai dengan target pasar PURA. Selain warna biru, karena target pasar utamanya adalah ibu-ibu dan ibu-ibu muda, warna merah muda himalaya digunakan sebagai aksen warna. Palet warna lainnya terbatas pada warna hitam, abu-abu, hingga putih. Ketiga warna kontras ini saling menyeimbangkan satu sama lain dengan sempurna untuk menemukan keseimbangan yang dibutuhkan Pura: keseimbangan. Keseimbangan yang premium namun tetap dapat didekati.
Fungsi adalah kunci.
Terlihat menarik memang penting, tetapi fungsi adalah yang paling penting. Pernyataan ini berasal dari keseluruhan elemen yang berfokus pada nilai fungsi dan membangun PURA menjadi merek yang bersih dan dapat dipercaya. Warna biru yang ambigu dan aksen merah muda himalaya saling menguatkan satu sama lain untuk membangun merek yang dapat diandalkan di depan target pasar. Desain kemasan yang menarik dan fungsional juga berarti menyoroti pengalaman unboxing yang berdampak pada promosi dadakan di media sosial.
Dari hasil akhir yang lengkap hingga produksi fisik dan visual, PURA berusaha untuk menciptakan branding yang kuat melalui nilai dan pesan merek yang konsisten untuk membantu mereka berkembang lebih jauh.
AKIKO ingin menciptakan penyegaran merek dari citra 'dupe' dan menciptakan merek yang lebih kuat serta hubungan yang lebih kuat dengan audiens mereka melalui identitas dan kesadaran merek. Itulah mengapa aplikasi merek perlu diprioritaskan, seperti fotografi, desain kemasan, desain cetak, kehadiran online serta keterlibatan secara keseluruhan.
Malta, sebuah merek sandal lokal baru yang merupakan saudara dari Swallow, secara strategis memposisikan dirinya di pasar alas kaki Indonesia yang kompetitif dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari konsumen lokal. Merek ini berusaha untuk menekankan pentingnya mendukung produk Indonesia daripada produk internasional. Dengan berfokus pada keterjangkauan harga, Malta telah muncul sebagai pelopor alas kaki terkemuka dengan karakteristik merek yang khas.