Hebohnya perayaan Ramadhan di Indonesia tidak hanya sebatas pada suasana yang menyenangkan dan momen berharga. Perayaan bulan puasa telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang menjadi topik paling dinanti oleh masyarakatnya.
Besarnya pengaruh bulan puasa Ramadhan tentunya juga berpengaruh pada perekonomian Indonesia, sampai-sampai dijuluki momen marketing terbesar di Indonesia. Di bulan puasa saja, peningkatan daya beli masyarakat bisa meningkat pesat di berbagai sektor.
Berdasarkan survei terbaru dari The Trade Desk, 88% masyarakat Indonesia telah memiliki rencana untuk membeli sesuatu, biasanya berupa kebutuhan pribadi seperti barang fashion dan elektronik. Ditambah lagi, peningkatan penjualan untuk kebutuhan harian dapat dipastikan meningkat, dengan ramainya euforia bulan puasa.
Kenaikan penjualan selama bulan puasa membuka banyak kesempatan bisnis untuk tiap orang. Namun, tidak sedikit juga yang tidak menyadari risiko dan besarnya peningkatan modal saat mengadakan promo Ramadhan. Perlu perencanaan bisnis strategi yang mendalam untuk marketing yang high-risk high-return di bulan puasa, dan seluruhnya akan dibahas dalam artikel ini dimulai dari perilaku konsumen sampai strateginya itu sendiri, termasuk risikonya.
Analisis Perilaku Konsumen Dahulu, Baru ‘Jalan’
Sebelum melakukan persiapan perencanaan bisnis untuk menyambut Ramadhan, penting hukumnya untuk memahami perilaku konsumen masyarakat Indonesia saat di bulan suci Ramadhan.
Teori perilaku konsumen adalah cara ampuh untuk dapat memahami pola pikir dan pembuatan keputusan masyarakat Indonesia saat melakukan pembelian di bulan puasa. Perilaku konsumen masyarakat Indonesia bisa saja bervariasi berdasarkan preferensi dan prioritasnya dalam memilih produk.
Selama bulan puasa, konsumen cenderung berfokus untuk menyiapkan persediaan barang-barang esensial dan keperluan harian untuk kumpul-kumpul keluarga. Oleh karena itu, sembako, makanan, dan minuman akan sangat diminati masyarakat. Tidak heran jika banyak para penjual yang memiliki ide bisnis untuk berjualan makanan di pasar Ramadhan.
Meskipun begitu, barang-barang pribadi seperi pakaian dan elektronik juga merasakan kenaikan penjualan karena adanya THR (Tunjangan Hari Raya). Namun, barang-barang mewah tidak selalu mengikuti pola ini, karena target pasar dan bentuk bisnisnya yang sangat berbeda dengan brand Indonesia lainnya.
‘Banjir’ Diskon Tetap Jadi Strategi Marketing Andalan
Mengingat pola perilaku konsumen masyarakat Indonesia, brand yang turut serta dalam event ‘banjir’ diskon saat Ramadhan umumnya mengalami peningkatan pesat dalam traffic media sosial, transaksi penjualan, dan brand engagement. Insentif dari diskon dan promo pada masa Ramadhan memiliki efek luar baisa pada konsumen dengan kecenderungan berbelanja yang berprinsip ‘mumpung promo’.
Perlu diingat bahwa tidak semua brand bisa menggunakan strategi pemasaran yang sama untuk menyambut Ramadhan. Brand yang termasuk dalam kategori kebutuhan harian dan barang terjangkau, seperti F&B, pakaian, dan makeup, cocok menggunakan strategi pemasaran agresif dengan campaign marketing yang heboh untuk memperluas potensi konversi.
Sebaliknya, pembelian mahal seperti elektronik bahkan barang bermerk tidak selalu cocok dengan strategi marketing yang agresif. Pendekatan yang lebih halus saat Ramadhan bisa jadi lebih cocok untuk brand-brand ini. Daripada memberikan diskon besar-besaran, promosi bisa saja dilakukan melalui penawaran terbatas. Hal ini mampu mempertahankan ketertarikan dari audiens tanpa perlu mengorbankan laba.
Dari sini, dibandingkan langsung terjun ke euforia ‘banjir’ diskon bulan Ramadhan, pemilik bisnis lebih baik menganalisis brand position mereka dalam daftar prioritas bulan Ramadhan. Melewati langkah ini bisa saja berujung pada kerugian, karena memberikan diskon besar dan strategi marketing online spesial memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
Hati-Hati, Harga Instagram Ads dan TikTok Ads Makin Mahal
Penting bagi para pemilik bisnis untuk sadar bahwa besarnya biaya marketing saat bulan puasa tidak hanya berasal dari diskon dan event saja, melainkan juga dari iklan media sosial seperti Instagram ads dan TikTok ads yang lebih intens dari sebelumnya.
Meningkatnya biaya iklan media sosial di bulan puasa Ramadhan dikarenakan tingginya kebutuhan akan ads space di masa-masa marketing. Mayoritas iklan online menggunakan sistem bidding, sehingga ads dengan budget lebih besar akan lebih sering tayang kepada audiens.
Kebutuhan dana yang besar untuk bisa mendapatkan ‘tempat’ penayangan iklan terbaik di antara kompetitor jadi pengeluaran besar untuk biaya marketing. Sederhananya, harga iklan Instagram ads, TikTok ads, bahkan Google ads akan jadi lebih mahal di periode marketing besar seperti Ramadhan. Pengeluaran berlebih ini bisa jadi tantangan untuk bisnis yang baru merintis dengan anggaran terbatas.
Namun tetap saja, banyaknya diskon untuk Ramadhan dan persiapan lebaran jadi godaan yang besar untuk para konsumen, sehingga sangat mungkin bila promosi di bulan Ramadhan akan memberikan keuntungan lebih dari modal marketingnya. Oleh karena itu, melakukan campaign marketing dan promosi di bulan Ramadhan memerlukan perencanaan dan alokasi anggaran yang matang agar tetap berbuah manis.
Bulan Puasa Perlu Strategi Iklan yang Efektif
Terlepas dari semua pertimbangan risiko dan profit, Ramadhan tetap jadi kesempatan emas agar bisnis berkembang. Mengingat rumitnya proses pembuatan strategi pemasaran sampai perencanaan ads yang efisien, wajar jika para pemilik bisnis tidak memiliki waktu—dan mungkin tenaga—untuk melakukan semuanya sendiri. Di saat seperti inilah Avond Studi siap menjadi eksekutor handal agar brand-mu siap menyambut Ramadhan. Semua obrolan tentang brand, bisnis, dan desain pasti disambut baik di kontak kami.